Senin, 12 September 2011

Tangga Nada

Musik secara umum mengenal 2 (dua) tangga nada (t.n.) yang lazim digunakan.
1.      Tangga nada Mayor.
Tangga nada mayor adalah tangga nada yang memiliki interval 1-1-1/2-1-1-1-1/2
Contoh:
C-D-E-F-G-A-B-C’=1-2-3-4-5-6-7-1
C-D=1; D-E=1; E-F=1/2; F-G=1; G-A=1; A-B=1; B-C’=1/2
2.      Tangga nada Minor
Tangga nada minor adalah tangga nada yang memiliki interval 1-1/2-1-1-1/2-1-1
Contoh:
a-b-c-d-e-f-g-a’=6-7-1-2-3-4-5-6
a-b=1; b-c=1/2; c-d=1; d-e=1; e-f=1/2; f-g=1; g-a=1
T.n. minor ada 3 jenis:
a.       Minor Asli (seperti yang dijelaskan diatas)
b.      Minor Harmonis
Minor harmonis ditunjukkan dengan perubahan nada septime yang dinaikan ½ laras.
a-b-c-d-e-f-gis-a=6-7-1-2-3-4-5#-6
c.       Minor Melodis
Minor harmonis ditunjukkan dengan perubahan nada sext dan septime yang dinaikan ½ laras.
a-b-c-d-e-fis-gis-a=6-7-1-2-3-4#-5#-6
3.      Tangga Nada Pararel
Tangga nada mayor dan minor memiliki nada dasar yang berbeda tetapi memiliki tanda mula yang sama.
Contoh:
      C-D-E-F-G-A-B-C’
a-b-c- d- e-f- g- a’
4.      Tangga Nada Kembar
Tangga nada mayor dan minor memiliki nada dasar yang sama tetapi berbeda tanda mula.
C-D-E-F-G-A-B  - C’
c- d- es-f- g- a-bes- c

Jumat, 09 September 2011

konsonan dan disonan musik

en.wikipedia.org/wiki/Consonance_and_dissonance

www.indiamusicinfo.com/new/music/dissonance.html

cnx.org › Content

liyane golek ana dewe...










info musik nasyid

www.angelfire.com/ia/amirm/page3.html

www.pasarkreasi.com/news/.../music/.../sekilas-tentang-musik-nas... 

ibnihasyim.wordpress.com/nasyid-on-the-net/ 

Pekan Suci


http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/d/d4/Button_hide.png
Pekan Suci
Pekan Suci atau Minggu Suci (bahasa Latin: Hebdomada Sancta, atau juga disebut Hebdomas Maior (Pekan/Minggu Besar); bahasa Yunani: Μεγάλη Εβδομάδα, /Megali Evdomada/ (Pekan/Minggu Besar)) dalam agama Kristen adalah satu pekan sejak Minggu Palma (juga disebut Minggu Sengsara) hingga Sabtu Suci/Sabtu Sepi/Sabtu Sunyi, yang kemudian diikuti dengan hari Paskah Istilah "Pekan Suci" lebih umum digunakan daripada "Minggu Suci", karena ada kerancuan antara "minggu" sebagai pekan dan "minggu" sebagai hari (sedangkan yang dimaksud di sini adalah "pekan", bukan hari Minggu).
Sejarah
Pekan Suci dalam tahun Kristen adalah masa satu minggu tepat sebelum hari Paskah. Rujukan tertua terhadap kebiasaan untuk menandai minggu ini secara keseluruhan dengan perayaan-perayaan khusus ditemukan dalam Konstitusi Rasuli (ay. 18, 19), yang berasal dari paruhan yang belakangan dari abad ke-3 M. Dalam teks ini orang-orang Kristen diperintahkan untuk berpantang anggur dan daging selama hari-hari ini, sementara pada hari Jumat dan Sabtunya mereka berpuasa penuh. Dionisius Alexandrinus dalam surat kanoniknya (260 M), merujuk kepada keenam hari puasa itu dan menyiratkan bahwa pada masanya itu masyarakat telah terbiasa untuk melaksanakannya.
Ada yang menyatakan bahwa perintah untuk berpantang melakukan kegiatan dalam masyarakat selama tujuh hari tepat sebelum Minggu Paskah dan juga tujuh hari sesudahnya berasal dari dari Konstantin. Namun, Codex Theodosianus, jelas memerintahkan bahwa semua tindakan yang berkaitan dengan hukum harus dihentikan dan pintu-pintu gedung pengadilan ditutup selama 15 hari itu (1. ii. tit. viii.). Tentang hari-hari tertentu dari "minggu yang besar" itu, yang pertama menjadi sangat menonjol sudah tentu adalah hari Jumat Agung. Berikutnya adalah Sabbatum Magnum (Sabtu Sunyi atau Malam Paskah) yang dirayakan oleh umat yang tidak tidur semalaman. Di kalangan gereja perdana hari ini dihubungkan dengan pengharapan akan advent yang kedua yang akan terjadi pada suatu Minggu Paskah. Encyclopedia Britannica, entri "Holy Week."
Ada pula teks-teks lain yang merujuk kepada tradisi-tradisi Gereja Perdana; yang paling penting adalah Ziarah Etheria (juga dikenal sebagai Ziarah Egeria) yang memberikan uraian terinci tentang perayaan lengkap Pekan Suci di kalangan gereja perdana.




Pekan Suci dalam Gereja Ritus Timur
Ritus Bizantium
Di kalangan Gereja Ortodoks Timur dan Gereja-gereja Katolik Yunani, pada Pekan Suci, ibadat-ibadat Orthros (Matin) untuk setiap hari diadakan pada malam sebelumnya. Jadi, ibadat Matin hari Senin diselenggarakan pada malam hari Minggu Palma, dan seterusnya. (Ibadat-ibadat Minggu hingga Selasa malam seringkali disebut Matin Mempelai Pria, karena tema mereka tentang Kristus sebagai Sang Pengantin Pria.) Menjelang akhir ibadat Pengantin Pria pada Selasa malam, Nyanyian Kassiani diyanyikan. Nyanyian ini, (yang ditulis pada abad ke-9 oleh Kassiani sang biarawati) mengisahkan tentang perempuan yang membasuh kaki Kristus di rumah Simon si orang Farisi. (Lukas 7:36-50) Banyak dari nyanyian ini ditulis dari perspektif perempuan yang berdosa.
Komposisi musik Bizantium mengungkapkan puisi yang sangat kuat sehingga membuat banyak orang berdoa sambil meneteskan air mata. Nyanyian ini dapat berlangsung hingga 25 menit dan secara liturgis dan musik merupakan titik puncak dari keseluruhan tahun. Di banyak tempat di Yunani, ibadat Matin Pengantin Pria pada Selasa Agung populer di kalangan para pekerjaan seks dan mereka yang terlibat dalam pelacuran, yang pada hari-hari lain mungkin tidak muncul di gereja. Mereka datang dalam jumlah yang besar untuk mendengarkan Nyanyian Kassiani, karena nyanyian ini secara tradisional juga dihubungkan dengan perempuan yang telah melakukan banyak dosa.
Di banyak gereja, khususnya Ortodoks Yunani, ibadat Perminyakan diselenggarakan pada hari Rabu malam.
Liturgi Suci Perjamuan Terakhir diselenggarakan pada pagi hari Kamis Putih. Ibadat Matin hari Jumat Agung, bersama dengan Dua Belas Pembacaan Injil, diselenggarakan pada malam hari Kamis Putih; Ibadat Vesper (doa malam) pada Jumat Agung (Vesper Pencabutan Paku Yesus) disselenggarakan pada pagi atau sore hari pada Jumat Agung. Patung Kristus diturunkan dari Salib, dan sebuah ikon dengan bordiran yang sangat indah pada sehelai kain yang disebut "epitafios" yang mewakili Kristus diletakkan di dalam sebuah "makam" yang dihiasi dengan bunga-bunga. Ibadat Matin Sabtu Sunyi diselenggarakan pada malam hari Jumat Agung; makam ditaburi dengan kelopak-kelopak mawar dan air mawar, dan kemudian dibawa pada sebuah prosesi dengan cahaya lilin, sementara serangkaian nyanyian yang disebut "Ratapan" dinyanyikan.
Liturgi Suci diselenggarakan pada Sabtu pagi. Ini adalah ibadat "Proti Anastasi" (Kebangkitan Pertama), dengan perubahan dari kain-kain yang berwarna gelap dengan kain-kain yang berwarna terang.
Sabtu tengah malam, ibadat dimulai dalam suasana gela. Sebatang lilin dinyalakan oleh imam, dari sebuah cahaya pada altar yang tidak pernah dipadamkan. Cahaya ini menyebar dari orang ke orang hingga semua orang memegang sebatang lilin yang menyala. Dilanjutkan dengan Liturgi Suci. Setelah itu biasanya diadakan resepsi atau pesta, yang kadang-kadang berlangsung hingga fajar. Orang-orang Slavia membawa keranjang-keranjang Paskah yang berisi telur, daging, mentega dan keju – makanan yang sepanjang masa Pra-Paskah tidak dihindari oleh umat – untuk diberkati.
Ibadat Vesper Agape biasanya diselenggarakan pada Hari Paskah. Pada ibadat ini biasanya Injil dibacakan dalam sebanyak mungkin Bahasa. Ibadat ini seringkali digabungkan dengan pencarian telur Paskah dan kegiatan-kegiatan lain untuk anak-anak.

Pekan Suci di Gereja Ritus Barat
Minggu Palma (Minggu Sengsara)
  • Awal dari Pekan Suci.
  • Peringatan tentang masuknya Mesias ke Yerusalem.
  • Misa mencakup pembacaan kisah penderitaan – kisah penangkapan Yesus, penderitaan dan kematiannya.
  • Gereja merayakan masuknya Kristus ke Yerusalem untuk menggenapi misteri paskahnya, ketika menurut Kitab-kitab Injil Yesus dengan rendah hati mengendarai seekor keledai masuk ke Yerusalem. Hal ini mengingatkan akan prosesi kemenangan Daud dan rakyat meletakkan daun-daun palma di tanah di hadapannya.
  • Pada hari ini, sebuah prosesi dengan daun-daun palma (atau ranting-ranting pohon berdaun lainnya, misalnya daun zaitun) berlangsugn di banyak paroki dan ranting-ranting ini diberkati oleh imam.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/d/d4/Button_hide.png

Minggu Palma adalah hari raya Kristen yang selalu jatuh pada hari Minggu sebelum Paskah. Perayaan ini ada pada empat Ayat, yaitu Markus 11:1-11, Matius 21:1-11, Lukas 19:28-44 dan Yohanes 12:12-19. Perayaan ini merupakan perayaan masuknya Yesus ke kota Yerusalem sebelum ia disalibkan. Masuknya Yesus ke kota suci atau Yerusalem adalah hal yang istimewa, sebab terjadinya hanya sekali seumur hidup Yesus. Itulah sebabnya Minggu Palma disebut pembuka pekan suci, yang berfokus pada pekan terakhir Yesus di kota Yerusalem. Dalam liturgi Minggu Palem, umat dibagikan daun palem dan ruang gereja dipenuhi ornamen palem.
Simbol Palem dalam Minggu Palma
Daun palem adalah simbol dari kemenangan. Daun palem ini membawa arti ke arah simbol Kristen. Daun palem digunakan untuk menyatakan kemenangan martir atas kematian. Martir sering digambarkan dengan daun pelem diantara tempat atau tambahan untuk instrumen dari kesyahidan. Kristus kerap kali menunjukkan hubungan daun palem sebagai simbol kemenangan atas dosa dan kematian. Lebih jelas lagi, hal itu diasosiasikan dengan kejayaan-Nya memasuki Yerusalem, ( Yohanes 12:12-13).
Daun palem memiliki warna hijau, hijau adalah warna dari tumbuh-tumbuhan dan musim semi. Oleh karena itu simbol kemenangan dari musim semi diatas musim salju atau kehidupan di atas kematian, menjadi sebuah campuran dari kuning dan biru itu juga melambangkan amal dan registrasi dari pekerjaan jiwa yang baik.
Saat Minggu Palma, umat melambai-lambaikan daun palem sambil bernyanyi. Hal ini menyatakan keikutsertaan umat bersama Yesus dalam arak-arakan menuju Yerusalem. Ini menyatakan tujuan yang akan dicapai pada masa yang akan datang: kota Allah, di mana ada kedamaian.
Kamis Putih (Kamis Suci)
  • Hari ini memperingati Perjamuan Terakhir Kristus dan ke-12 muridnya dan pelembagaan Ekaristi.
  • Pada bagian Gloria, semua lonceng gereja dibunyikan. Kemudian lonceng-lonceng itu tidak akan berbunyi lagi hingga Malam Paskah ("lonceng-lonceng telah terbang ke Roma ").
  • Pada Kamis Putih, pemimpin perayaan seringkali merayakan ritus pencucian kaki; di sini kaki umat (pada umumnya, kaki dari 12 laki-laki) dibasuh.
  • Pada Kamis Putih di siang harinya, uskup merayakan Misa Krisma; di sini mereka memberkati minyak untuk Penguatan, Perminyakan orang sakit dan para Katekumen. (Namun Misa Krisma dapat dialihkan ke hari-hari lain pada Pekan Suci.)
  • Hosti yang tidak dibagikan dalam komuni pada Kamis Putih disimpan dan dibagikan pada hari Jumat Agung, ketika Misa tidak dirayakan.
  • Setelah Misa, Sakramen Suci dibawa dalam prosesi ke "altar penyimpanan". Kemudian segala perhiasan disingkirkan dari semua altar, kecuali dari satu altar.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/d/d4/Button_hide.png
Kamis Putih adalah Kamis sebelum Paskah, pada Hari Raya Pekan Suci ini umat Kristen memperingati Perjamuan Malam terakhir yang dipimpin oleh Yesus. Hari ini adalah salah satu hari terpenting dalam kalender Gereja. Ini adalah hari pertama dari hari raya Paskah, yang dimulai pada pukul enam sore, dan berlangsung tujuh hari. Hari kamis putih ini juga disebut Kamis Suci (Inggris : Holy Thursday)
Ritual Perjamuan Malam setelah ini pada setiap misa atau kebaktian diperingati sebagai perayaan Ekaristi atau perjamuan kudus.
Pada misa malam ini, pastur juga mencuci kaki umat sebagai peringatan Yesus yang mencuci kaki para muridnya dalam perjamuan terakhir, pelayanan Yesus di dunia sebelum kematiannya.
Sebutan Kamis yang berbeda di berbagai negara
William Blake's Kamis Suci (1794). Penggunaan nama-nama "Maundy Thursday", "Holy Thursday" dan yang lainnya berbeda-beda di tempat-tempat yang berbeda pula. Yang menjadi pertimbangan dan memengaruhi 'nama-nama' itu adalah budaya setempat terkait geografis dan kesepakatan saja. Di Inggris jelas dipakai "Maundy Thursday" , namun jarang dipakai pada konteks Irlandia dan Skotlandia. Biasanya umat juga menghitungnya berdasarkan teknik kalender setempat. Gereja Anglikan memakai nama "Maundy Thursday" dalam buku tata ibadahnya, dan menganggap nama "Holy Thursday" nama alternatif untuk Hari Kenaikan. Tetapi di luar tata ibadah resminya, Jemaat Anglikan kadang-kadang memakai nama "Holy Thursday" diperuntukkan hari sebelum Jumat Agung. Gereja Katolik Roma, bahkan di negara-negara dengan "Maundy Thursday" menjadi nama di undang-undangnya, menggunakan nama "Holy Thursday" dalam Buku Ibadah resmi bahasa Inggris ; tetapi, kecuali dalam teks-teks ini, Umat Katolik Roma kadang-kadang memakai "Maundy Thursday", khususnya di Inggris. Persekutuan Gereja Metodis menggunakan nama "Holy Thursday!" di dalamnya Ibadahnya, tetapi dalam sumber resmi, ini digunakan baik "Maundy Thursday" dan "Holy Thursday". Kedua nama itu digunakan oleh denominasi Kristen sama seperti itu, termasuk Gereja Luteran atau porsi Gereja Reformasi. Gereja Presbiterian menggunakan sebutan "Maundy Thursday" untuk menunjukkan hari yang kudus dalam sumber resminya. Dalam Gereja Ortodoks Timur, nama untuk hari suci, dalam Ritus Bizantine, "Great and Holy Thursday" atau "Holy Thursday", dan di Ritus Gereja Barat "Maundy Thursday", "Holy Thursday" atau keduanya. Gereja Koptik Ortodoks menggunakan nama "Maundy Thursday" and "Covenant Thursday" untuk hari suci. Dalam Gereja Maronite  dan Gereja Ortodoks Siria,  "Thursday of Mysteries" atau Kamis Misteri. "Maundy Thursday" adalah nama resmi dalam undang-undang dari Inggris dan Pilipina.
Dasar Teologi
Orthodoks icon Kristus membasuh kaki para rasul (Abad 16, Pskov Sekolah iconography).
Pelayanan Kamis Putih secara tradisional dan menyejarah dapat mengenangkan kita pada peristiwa-peristiwa di mana Yesus mendekati masa-masa kematian-Nya. Peristiwa-peristiwa yang sangat kaya makna dan penting. Ini adalah pengenangan pada perempuan yang meminyaki Yesus dengan parfum dari buli-buli dan mengusapnya dengan rambutnya. Ini juga pengenangan akan perjamuan malam yang dilakukan Yesus, akhir masa Yesus berbagi roti dengan para murid. Ini adalah tanda dari keteladanan Yesus yang mereka semua pengikutnya menyebutnya pelayan. dan ini juga pengenangan akan pengkianatan yang dilakukan Petrus dan juga Yudas.
Ibadah Kamis Putih adalah pelayanan doa, menggambarkan peran Yesus yang telah datang ke dunia membawa terang, terang yang segera padam. Pelayanan ini memiliki sebuah karunia sebagai garis luarnya sebagai sebuah lingkaran; terang (cahaya)-pelayanan-Perjamuan Kudus-pelayanan-terang. Terang Allah adalah terang dari penciptaan dan terang Kristus. Di dalam terang Kristus kita menemukan sebuah pesan, "Melayani"!
Pembasuhan Kaki dalam Kamis Putih
Paus Yohanes membasuk kaki Eleanor, yang berjalan ke St> Giles, Wrexham, telanjang kaki, pada Kamis Putih 2007. Photograph by Brian Roberts, Wrexham
Perintah untuk melakukan pembasuhan kaki ini hanya terdapat dalam Injil Yohanes dan tidak terdapat dalam Injil sinoptik (Matius, Markus, dan Lukas lainnya. Kaki adalah bagian yang kotor dalam tubuh manusia. Kaki manusia menginjak debu tanah. Pembasuhan merupakan sebuah bentuk dari simbolisasi tata gerak. Kegiatan membasuh kaki adalah hal yang sudah biasa dilakukan oleh orang Yahudi pada zaman Yesus. Proses pembasuhan kaki itu biasanya dilakukan oleh bawahan terhadap atasan. Dalam dunia Yunani, pembasuhan kaki adalah hal yang hina, yang biasa dilakukan oleh budak.
Namun yang istimewa di sini, pembasuhan kaki ini dilakukan oleh Yesus yang adalah Guru kepada murid-muridnya. Yesus melakukan sebuah ritual yang biasa dilakukan dengan cara yang tidak berbeda. Yesus melakukan pekerjaan yang seharusnya tidak layak dilakukan oleh seorang Guru. Tata gerak membasuh kaki ini menyimbolkan suatu teladan untuk merendahkan diri dan melayani. Yesus melakukan pekerjaan yang seharusnya tidak dilakukan oleh seorang Guru kepada murid-Nya. Tata gerak membasuh kaki ini menyimbolkan suatu teladan untuk merendahkan diri dan melayani.
Tindakan Yesus membasuh kaki merupakan tindakan simbolis yang menyimbolkan penyerahan diri, pembersihan, pengampunan, pembaharuan, kemuridan dan ibadah. Penyerahan diri yang dimaksudkan adalah penyerahan diri Yesus dalam kematian untuk membersihkan orang lain. Pembasuhan kaki yang Yesus lakukan juga menyimbolkan kerendahan hati dan keinginan untuk menjadi hamba yang mau melayani orang yang hina sekalipun.
Jumat Agung
  • Gereja berduka karena kematian Kristus, menghormati Salib, dan mengagumi kehidupan-Nya atas ketaatan-Nya sampai mati.
  • Misa tidak dirayakan, Ekaristi tidak disucikan. Komuni berlangsung dengan hosti yang tersisa dari Kamis Putih.
  • Ruangan Gereja dikosongkan dari berbagai benda perhiasan, termasuk kain penutup altar dan lilin-lilin, sebagai tanda penghormatan.
  • Bejana air suci dikosongkan.
  • Pada hari ini, jalan Salib seringkali didoakan di dalam atau di luar gedung Gereja.
  • Perayaan Liturgi Penderitaan Tuhan dilakukan di sore hari.
  • Imam mengenakan jubah merah (atau, menurut kebiasaan sebelumnya, hitam). Bila seorang Uskup memimpin atau membantu memimpin ibadat, ia mengenakan sebuah mitra satu lapis.
  • Liturgi:
Liturgi terdiri atas tiga bagian dalam Ritus Roma: Liturgi Sabda, Penghormatan kepada Salib dan Perjamuan Kudus.
Selebran menghormat di depan altar.
Pembacaan dari Yesaya 53 (tentang Hamba yang Menderita) dan Surat Ibrani.
Kisah Penderitaan dari Injil Yohanes dinyanyikan, seringkali dengan peran-peran yang dibagi-bagi.
Syafaat Umum: Umat berdoa untuk Gereja, Sri Paus, orang-orang Yahudi, orang-orang bukan Kristen, orang-orang yang tidak percaya dan lain-lainnya.
Penghormatan kepada Salib: Sebuah crucifix dengan khidmat disingkapkan di hadapan umat. Umat menghormatinya dengan berlutut. Pada bagian ini, dinyanyikanlah "Reproaches".
Komuni: Komuni dari hari sebelumnya dibagikan kepada umat.
  • Kalaupun digunakan dalam Liturgi, musik tidak digunakan untuk membuka dan mengakhiri Liturgi; juga tidak ada prosesi penutup yang resmi.
  • Di beberapa negara, sebuah monstrance dengan Sakramen Suci ditempatkan di sebuah Makam Suci dan ditutupi dengan veil. Beberapa orang memberikan penghormatan dan rasa kagumnya terhadap monstrance ini dan berjaga di "makam Kristus".
Jumat Agung adalah Hari Jumat sebelum Minggu Paskah, hari peringatan Penyaliban Yesus Kristus dan wafatNya di Golgota. Berdasarkan rincian kitab suci mengenai Pengadilan Sanhedrin atas Yesus, dan analisis ilmiah, peristiwa penyaliban Yesus sangat mungkin terjadi pada hari Jumat, namun tanggal terjadinya tidak diketahui dengan pasti, dan akhir-akhir ini diperkirakan terjadi pada tahun 33 Masehi, oleh dua kelompok ilmuwan, dan sebelumnya diperkirakan terjadi pada tahun 34 Masehi oleh Isaac Newton via perhitungan selisih-selisih antara kalender Yahudi dan kalender Julian dan besarnya bulan sabit.
Sabtu Sunyi
(Juga dikenal sebagai Sabtu Hitam.)
  • Hari ini dirayakan dalam keadaan sunyi dan dengan doa yang memperingati Kristus yang telah wafat dan berada di dalam kubur. Misa tidak diselenggarakan. Untuk berjaga-jaga apabila ada kematian, hosti Ekaristi yang tersisa dari Liturgi-liturgi dalam dua hari sebelumnya digunakan sebagai viaticum.
  • Tabernakel dibiarkan kosong dan terbuka. Lampu atau lilin biasanya diletakkan di sebelah Tabernakel yang melambangkan Kehadiran Kristus dipadamkan, dan Ekaristi disimpan di tempat lain, biasanya di sakristi, dengan lampu atau lilin yang menyala di depannya.
Malam Paskah
  • Berlangsung pada malam hari, pada malam menjelang Paskah atau pagi-pagi sekali pada Minggu Paskah.
  • Kitab Injil mengingatkan kita untuk bersiap-siap dengan pelita kita, berjaga-jaga seperti orang-orang yang menantikan kedatangan kembali Tuhan sehingga bila Ia datang Ia akan menemukan kita terjaga dan akan mempersilakan kita duduk di meja-Nya.
  • Ibadat sepanjang malam diatur dalam empat bagian:
    • Sebuah ibadat terang yang singkat;
    • Liturgi sabda;
    • Liturgi baptisan;
    • Liturgi Ekaristi.
  • Imam mengenakan jubah putih.
  • Bagian I: Ibadat terang:
    • Semua cahaya di gereja dipadamkan.
    • Api disiapkan di luar gedung Gereja
    • Salah seorang pelayan membawa Lilin Paskah.
    • Imam menyambut umat kemudian memberkati api.
    • Setelah doa, lilin Paskah dinyalakan dari api yang baru.
  • Prosesi:
    • Imam mengangkat lilin dan menyanyi: “Kristus adalah terang kita” dan umat menjawab: “Syukur kepada Allah”.
    • Semua orang masuk ke dalam Gereja dan imam mengangkat lilin untuk kedua kalinya dan menyanyi: “Kristus adalah terang kita” dan umat menjawab: “Syukur kepada Allah”.
    • Ketika imam tiba di altar ia mengangkat lilin untuk ketiga kalinya dan menyanyi: “Kristus adalah terang kita” dan umat menjawab: “Syukur kepada Allah”.
    • Kemudian semua lampu di dalam Gereja dinyalakan.
  • Proklamasi Paskah (Exsultet)
  • Bagian II : Liturgi sabda
    • Sembilan pembacaan, tujuh dari Perjanjian Lama dan dua dari Perjanjian Baru. (Surat-surat dan Injil)
    • Setelah Proklamasi Paskah, lilin-lilin dimenyanyikirkan dan semua orang duduk. Sebelum pembacaan dimulai, imam berbicara tentang Paskah.
    • Pembacaan diambil dari:
  1. Kitab Kejadian 1:1-2:2 Penciptaan
  2. Kitab Kejadian 22:1-18 Kurban Abraham
  3. Kitab Keluaran 14:15-15:1 Bangsa Israel keluar dari perbudakan di tanah Mesir.
  4. Kitab Yesaya 54:5-14 Allah berbicara kepada bangsa Israel yang menderita dan tertindas
  5. Kitab Yesaya 55:1-11 Perjanjian Allah dengan Israel. (Janji Allah yang indah)
  6. Kitab Barukh 3:9-15,32-4:4 Hikmat Allah
  7. Kitab Yehezkiel 36:16-28 Janji-janji Allah kepada Yehezkiel. (semua digenapi dalam Yesus Kristus)
  8. Surat-surat: Surat Paulus kepada jemaat Kristen di Roma 6:3-11
    Pembacaan tentang kematian dan kebangkitan Kristus
    Haleluya
    Injil
  9. Tahun A: Injil menurut karangan Matius 28:1-10 (Kaum perempuan menemukan dan menyaksikan kubur yang kosong) / Tahun B: Injil menurut karangan Markus 16:1-8 (Kaum perempuan ketakutan karena kubur yang kosong dan pesan malaikat tentang kebangkitan) / Tahun C: Injil menurut karangan Lukas 24:1-12 (Kaum perempuan melihat kubur yang kosong dan diberitahukan oleh malaikat-malaikat tentang Kebangkitan)
  • Bagian III: Liturgi Baptisan
    • Sebuah bejana berisi air ditempatkan di ruang ibadat
    • Para calon Baptisan (katekumen) – bila ada – diperkenalkan.
  • Litani
    • Litani dinyanyikan. Prosesi dimulai: Pertama-tama Lilin Paskah, diikuti oleh para kandidat kemudian oleh imam dan pelayan-pelayan yang lainnya.
  • Pemberkatan Air
    • Imam memberkati air baptisan dan berdoa. Lilin kemudian dibawa keluar dari air dan umat menyanyikan pujian. Kemudian upacara baptisan berlangsung (bila katekumen hadir, mereka dibaptiskan).
  • Pembaruan Janji Baptisan
    • Setelah upacara baptisan, semua yang hadir memperbarui pengakuan iman baptisan mereka.
    • Imam memercikkan umat dengan air sementara umat bernyanyi.
    • Pengakuan iman dihapuskan dan dilanjutkan dengan Liturgi Ekarisi
  • Bagian IV: Liturgi Ekaristi
Minggu Paskah
  • Perayaan Kebangkitan
  • Pesta terbesar Gereja
Paskah (bahasa Yunani: Πάσχα atau Paskha) adalah perayaan terpenting dalam tahun liturgi gerejawi Kristen. Bagi umat Kristen, Paskah identik dengan Yesus, yang oleh Paulus disebut sebagai "anak domba Paskah"; jemaat Kristen hingga saat ini percaya bahwa Yesus disalibkan, mati dan dikuburkan, dan pada hari yang ketiga bangkit dari antara orang mati. Paskah merayakan hari kebangkitan tersebut dan merupakan perayaan yang terpenting karena memperingati peristiwa yang paling sakral dalam hidup Yesus.
Paskah juga merujuk pada masa di dalam kalender gereja yang disebut masa Paskah, yaitu masa yang dirayakan dulu selama empat puluh hari sejak Minggu Paskah (puncak dari Pekan Suci) hingga hari Kenaikan Yesus namun sekarang masa tersebut diperpanjang hingga lima puluh hari, yaitu sampai dengan hari Pentakosta (yang artinya "hari kelima puluh" - hari ke-50 setelah Paskah, terjadi peristiwa turunnya Roh Kudus). Minggu pertama di dalam masa Paskah dinamakan Oktaf Paskah oleh Gereja Katolik Roma. Hari Paskah juga mengakhiri perayaan Pra-Paskah yang dimulai sejak empat puluh hari sebelum Kamis Putih, yaitu masa-masa berdoa, penyesalan, dan persiapan berkabung.
Paskah merupakan salah satu hari raya yang berubah-ubah tanggalnya (dalam kekristenan disebut dengan perayaan yang berpindah) karena disesuaikan dengan hari tertentu (dalam hal ini hari Minggu), bukan tanggal tertentu di dalam kalender sipil. Hari raya-hari raya Kristen lainnya tanggalnya disesuaikan dengan hari Paskah tersebut dengan menggunakan sebuah formula kompleks. Paskah biasanya dirayakan antara akhir bulan Maret hingga akhir bulan April (ritus Barat) atau awal bulan April hingga awal bulan Mei (ritus Timur) setiap tahunnya, tergantung kepada siklus bulan. Setelah ratusan tahun gereja-gereja tidak mencapai suatu kesepakatan, saat ini semua gereja telah menerima perhitungan Gereja Aleksandria (sekarang disebut Gereja Koptik) yang menentukan bahwa hari Paskah jatuh pada hari Minggu pertama setelah Bulan Purnama Paskah, yaitu bulan purnama pertama yang hari keempat belasnya ("bulan purnama" gerejawi) jatuh pada atau setelah 21 Maret (titik Musim Semi Matahari/vernal equinox gerejawi)
Minggu Paskah bukan perayaan yang sama (namun masih berhubungan) dengan Paskah Yahudi (bahasa Ibrani: פסח atau Pesakh) dalam hal simbolisme dan juga penanggalannya. Bahasa Indonesia tidak memiliki istilah yang berbeda untuk Paskah Pesakh (Yahudi) dan Paskah Paskha (Kristen) sebagaimana beberapa bahasa Eropa yang mempunyai dua istilah yang berbeda, oleh sebab itu kata Paskah dapat memiliki dua arti yang berbeda di dalam bahasa Indonesia.
Banyak elemen budaya, termasuk kelinci Paskah dan telur Paskah, telah menjadi bagian dari perayaan Paskah modern, dan elemen-elemen tersebut biasa dirayakan oleh umat Kristen maupun non-Kristen.
Menurut Perjanjian Baru, terutama Injil, Yesus, yang disebut juga Kristus, adalah sesosok Pribadi yang harus menjalani penderitaan dan kemudian mati lalu bangkit kembali pada hari yang ketiga.
Peristiwa ini ditunjuk dalam terminologi Kristen sebagai kebangkitan Yesus Kristus, yang diperingati dan dirayakan oleh seluruh umat Kristen setiap tahun pada Paskah. Kebanyakan umat Kristen, menerima Perjanjian Baru sebagai peristiwa sejarah dari kejadian nyata yang merupakan pusat dari kepercayaan mereka, meskipun begitu ada beberapa Kristen liberal yang tidak menerima kebangkitan badan. Walaupun demikian, umumnya tidak ada umat Kristen yang memandang cerita ini sebagai legenda atau alegori.
Paskah merupakan perayaan tertua di dalam gereja Kristen, penghubung antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Paus Leo Agung (440-461) menekankan pentingnya Paskah dan menyebutnya festum festorum - perayaan dari semua perayaan, dan berkata bahwa Natal hanya dirayakan untuk mempersiapkan perayaan Paskah.
Menurut tradisi Sinoptik, Paskah menunjuk pada Perjamuan Kudus, yang didasari dari Perjamuan Malam, perjamuan perpisahan antara Yesus dan murid-murid Yesus. Pada malam itu sebelum Yesus dihukum mati, Yesus memberikan makna baru bagi Paskah Yahudi. Rotidilambangkan sebagai tubuh Yesus dan anggur dilambangkan sebagai darah Yesus, yaitu perlambangan diri Yesus sebagai korban Paskah. Rasul Yohanes dan Pauluslah yang mengaitkan kematian Yesus sebagai penggenapan Paskah Perjanjian Lama (Yesus wafat pada saat domba-domba Paskah Yahudi dikorbankan di kenisah atau Bait Allah). Kematian dan kebangkitan Yesus inilah yang kemudian diasosiasikan dengan istilah Paskah dalam kekristenan.
Karena Paskah dirayakan oleh gereja-gereja Kristen dengan suatu sakramen Ekaristi/Perjamuan Kudus, maka sakramen tersebut dapat pula disebut sebagai Perjamuan Paskah Kristen[1], atau Perjamuan Kudus Jumat Agung, yang berbeda dari Perjamuan Paskah Yahudi. Banyak gereja Kristen saat ini merayakan perjamuan tersebut lebih dari setahun sekali agar jemaat gereja selalu diingatkan akan peristiwa Paskah.
Di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, kata Paskah disebutkan sebanyak 80 kali dalam 72 ayat sementara di dalam terjemahan BIS disebutkan sebanyak 86 kali dalam 77 ayat.
Paskah pada gereja mula-mula
Sebuah fresko (gambar dinding) yang menggambarkan kisah kebangkitan; karya Fra Angelico, di Florence, Italia.
Gereja mula-mula memperingati peristiwa kebangkitan Yesus dengan perjamuan sederhana dan berdoa. Kemudian dalam perjalanan misinya, Paulus terus mengingatkan jemaat gereja mula-mula akan pentingnya peristiwa kebangkitan Yesus[f] dan perkataan Yesus pada waktu Perjamuan Malam Terakhir. Sumber yang paling awal yang menulis tentang Paskah adalah Melito dari Sardis yang menulis homili berjudul Peri Pascha (Tentang Paskah). Orang-orang Kristen pada zaman tersebut menapak tilas jalan salib (Via Dolorosa) yang dilalui oleh Tuhan Yesus. Kematiannya diperingati sebagai korban keselamatan dalam tradisi Yahudi (bahasa Ibrani: Zerah Syelamin).
Orang Kristen Yahudi terus merayakan Paskah Yahudi, namun mereka tidak lagi mengorbankan domba Paskah karena Kristus dianggap sebagai korban Paskah yang sejati. Perayaan ini diawali dengan berpuasa hingga Jumat jam 3 sore (ada yang melanjutkan hingga pagi Paskah). Perbedaan timbul di seputar tanggal Paskah. Orang Kristen Yahudi dan jemaat provinsi Asia merayakannya pada hari yang bersamaan dengan Paskah Yahudi, yaitu sehari setelah tanggal 14 Nisan (bulan pertama) menurut kalender mereka - kematian Yesus pada 15 Nisan dan kebangkitan Yesus pada 17 Nisan - tanpa memedulikan harinya; namun orang Kristen non-Yahudi yang tinggal di Kekaisaran Romawi dan juga gereja di Roma dan Aleksandria merayakannya pada hari pertama, yaitu hari Minggu - hari kebangkitan Yesus, tanpa memedulikan tanggalnya. Metode yang kedua inilah yang akhirnya lebih banyak digunakan di gereja, dan penganut metode yang pertama perlahan-lahan mulai tergusur. Uskup Viktor dari Roma pada akhir abad ke-2 menyatakan perayaan menurut tanggal 14 Nisan adalah bidat dan mengucilkan semua pengikutnya. Beberapa metode penghitungan yang lain di antaranya oleh beberapa uskup di Galia yang menghitung Paskah berdasarkan tanggal tertentu sesuai kalender Romawi, yaitu 25 Maret memperingati kematian Yesus dan 27 Maret memperingati kematian Yesus karena sejak abad ke-3 tanggal 25 Maret dianggap sebagai tanggal penyaliban. Namun metode yang terakhir ini tidak digunakan lama. Banyak kalender di Abad Pertengahan yang mencatat tanggal perayaan ini (25 dan 27 Maret) untuk alasan historis, bukan liturgis. Kaum Montanis di Asia Minor merayakan Paskah pada hari Minggu pertama setelah 6 April. Berbagai variasi perhitungan tanggal Paskah tersebut terus berlangsung hingga abad ke-4.
Perselisihan seputar penghitungan hari Minggu Paskah yang tepat tersebut akhirnya dibahas secara resmi pada Konsili Nicea I pada tahun 325 yang memutuskan bahwa hari Paskah adalah hari Minggu, namun tidak mematok hari Minggu tertentu. Kelompok yang merayakan Paskah dengan perhitungan Yahudi dinamakan "Quartodeciman" (bahasa Latin untuk 14) (Nisan) dan dikucilkan dari gereja. Uskup Aleksandria kemudian ditugaskan untuk mencari cara menghitung tanggal Paskah, karena kota itu dianggap sebagai otoritas tertinggi untuk hal-hal yang berhubungan dengan astronomi, dan sang uskup diharapkan dapat memutuskan hasilnya untuk diikuti keuskupan-keuskupan yang lain. Namun hasil yang diperoleh tidak memuaskan, terutama untuk gereja-gereja Latin. Banyak gereja masih memakai cara mereka sendiri-sendiri, termasuk gereja di Roma. Akhirnya baru pada abad ke-7 gereja-gereja berhasil mencapai kesepakatan mengenai perhitungan tanggal Minggu Paskah. (lebih lanjut lihat #Tanggal Paskah)
Paskah menurut kalender liturgi
Pada kekristenan ritus Latin (Barat), Paskah menandai berakhirnya masa Pra-Paskah, yaitu 40 hari (tidak termasuk hari Minggu) menjelang Minggu Paskah. Sepekan sebelum Minggu Paskah disebut sebagai Pekan Suci. Hari Minggu sebelum Minggu Paskah, yaitu hari pertama Pekan Suci, adalah hari Minggu Palem yang memperingati masuknya Yesus ke kota Yerusalem menaiki seekor keledai. Tiga hari terakhir sebelum Minggu Paskah disebut sebagai Kamis Putih atau Kamis Suci, Jumat Agung, dan Sabtu Suci atau Sabtu Sunyi, yang ketiganya sering disebut sebagai Trihari Suci atau Triduum Paskah; Kamis Putih memperingati Perjamuan Malam terakhir Yesus, Jumat Agung memperingati kematian Yesus, dan Sabtu Suci memperingati hari pada saat Yesus di dalam kuburan.
Banyak gereja yang mulai merayakan Paskah semalam sebelumnya, yaitu dengan kebaktian Malam Paskah. Pada beberapa negara, Minggu Paskah dirayakan selama dua hari hingga Senin Paskah, dan hari-hari dalam sepekan setelah Minggu Paskah, yang disebut dengan Pekan Paskah, masing-masing diberi akhiran Paskah, seperti "Selasa Paskah", "Rabu Paskah", hingga Oktaf Paskah, yaitu hari Minggu setelah Minggu Paskah. 40 hari (yang kemudian diperpanjang menjadi 50 hari atau 7 minggu) setelah Paskah biasa disebut dengan masa Paskah yang diakhiri dengan hari Pentakosta (hari ke-50).
Pada kekristenan ritus Oriental (Timur), masa persiapan Paskah dikenal dengan nama masa Puasa Besar dan dimulai sejak Senin Bersih selama 40 hari (termasuk hari Minggu). Pekan terakhir dalam masa persiapan itu disebut dengan Pekan Palma, yang berakhir dengan hari Sabtu Lazarus. Sehari setelah itu adalah Minggu Palma, Pekan Suci, lalu Minggu Paskah. Pada Sabtu tengah malam menjelang Minggu Paskah perayaan Paskah resmi dimulai, yang terdiri atas Matins, Jam-jam Paskah, dan Liturgi Surgawi Paskah; dengan demikian liturgi tersebut dijamin merupakan liturgi pertama Minggu Paskah, sesuai gelarnya sebagai festum festorum - perayaan dari semua perayaan. Pekan setelah Minggu Paskah disebut sebagai Pekan Terang, sedangkan masa setelah Minggu Paskah hingga Minggu Para Orang Kudus (hari Minggu setelah Pentakosta) disebut sebagai Pentakostarion.
Paskah pada gereja modern
Di dalam gereja-gereja Kristen, terutama ritus Latin, perayaan dimulai pada hari Jumat Agung. Gereja-gereja biasanya menyelenggarakan kebaktian pada hari tersebut, umat Katolik Roma biasanya juga berpuasa pada hari ini. Kebaktiannya diliputi dengan perasaan duka karena memperingati sengsara penderitaan dan kematian Yesus di kayu salib. Gereja-gereja Protestan biasanya melanjutkan kebaktian dengan sakramen Perjamuan Paskah untuk memperingati Perjamuan Malam Terakhir Yesus; lagu-lagu sendu seperti "Jangan Lupa Getsemani"[22] juga dinyanyikan. Sang pastor atau pendeta kadang-kadang memberikan kotbah singkat. Gereja-gereja Katolik Roma biasanya tidak melakukan sakramen Perjamuan Kudus pada hari ini, sakramen pengakuan dosa dan pengurapan orang sakit. (lebih lengkapnya lihat Jumat Agung)
Pada hari Sabtunya gereja-gereja Katolik dan beberapa gereja Anglikan dan Lutheran juga menyelenggarakan kebaktian malam Paskah. Dalam kebaktian itu sebuah lilin Paskah dinyalakan untuk melambangkan Kristus yang bangkit; Exultet atau proklamasi Paskah dinyanyikan; ayat-ayat Alkitab dari Perjanjian Lama yang menceritakan keluarnya bangsa Israel dari Mesir dan nubuatan tentang Mesias dibacakan. Bagian kebaktian ini mencapai puncaknya dengan menyanyikan Gloria dan Alleluia, dan Injil tentang kisah kebangkitan dibacakan. Sama seperti kebaktian Jumat Agung, sang pastor atau pendeta kadang-kadang juga menyampaikan kotbah sesudah pembacaan Alkitab. Bagi gereja Katolik Roma, malam ini biasanya juga digunakan untuk sakramen baptisan kudus, malam penerimaan anggota jemaat gereja yang baru. Untuk anggota jemaat yang lain, mereka juga menerima percikan air suci sebagai lambang perbaruan iman kepercayaan mereka. Kebaktian pada gereja-gereja Katolik Roma kemudian dilanjutkan dengan sakramen Konfirmasi. Kebaktian kemudian diakhiri dengan sakramen Ekaristi. Kebaktian malam Paskah ini memiliki bermacam-macam variasi. Beberapa gereja mengadakannya pada
"Auferstehung", Hermann Stenner, 1914
Umat Protestan biasanya menggabungkan kebaktian malam Paskah dengan kebaktian Minggu pagi, yaitu mengikuti kisah di Injil yang menceritakan para wanita yang datang ke kubur Yesus pada pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu. Ada gereja yang menyelenggarakannya pada sekitar subuh (kebaktian subuh), dan biasanya dilangsungkan di luar ruangan seperti halaman gereja atau taman di dekat gereja, namun banyak pula yang merayakannya setelah matahari terbit. Kebaktian Minggu untuk memperingati kebangkitan Yesus ini (baik bersama-sama atau berbeda dari kebaktian subuh tersebut) dirayakan dengan sikap penuh sukacita, termasuk lagu-lagu yang dinyanyikan juga lagu yang bernuansa kemenangan. Gereja-gereja yang cukup besar ada yang menggunakan instrumen-instrumen tiup (terompet, dll) untuk melengkapi instrumen-instrumen yang biasa digunakan. Kebanyakan gereja juga mendekorasi ruang ibadah dengan hiasan-hiasan dan bunga-bungaan (contohnya Bakung Paskah)
Etimologi
Sebuah ikon Rusia yang menggambarkan kebangkitan Yesus
Istilah Paskah dalam bahasa-bahasa Latin biasanya diturunkan dari salah satu dari dua sumber: Paskha atau Pesakh dan Estre/Eostre atau Easter. Dalam bahasa-bahasa Slavia, biasanya istilah yang digunakan memiliki arti "Hari Agung".
Bahasa-bahasa Semitik, Roman, Keltik, Jermanik, dan Indonesia
Istilah Yunani untuk Paskah, paskha/pascha, tidak ada hubungannya dengan kata kerja paschein, "menderita", meskipun para penulis simbolis sering menghubungkan keduanya; kata tersebut berasal dari bentuk bahasa Aram untuk kata dalam bahasa Ibrani pesach. Orang Yunani menyebut Paskah pascha anastasimon; Jumat Agung pascha staurosimon. Kata setara yang digunakan di dalam bahasa Latin adalah Pascha resurrectionis dan Pascha crucifixionis. Di dalam buku liturgi Katolik Romawi perayaannya diberi nama Dominica Resurrectionis; di buku liturgi Mozarabik In Lætatione Diei Pasch Resurrectionis; di buku liturgi Ambrosius In Die Sancto Paschæ.. Bahasa-bahasa Romans telah mengambil istilah Ibrani-Yunani tersebut: Latin, Pascha; Italia, Pasqua; Spanyol, Pascua; Perancis, Pâques. Beberapa negara-negara Keltik dan Teutonik juga menggunakannya: Skotlandia, Pask; Belanda, Paschen (kata dalam bahasa Belanda yang betul sebenarnya adalah Pasen); Denmark dan Norwegia, Påske; Swedia: Påsk (Huruf å merupakan huruf 'a' berganda dan dieja /o/, ejaan alternatifnya adalah Paaske atau Paask.); Islandia: Páskar; Faroe: Páskir; bahkan di beberapa provinsi Jerman di Rhein Hulu menggunakan istilah Paisken, bukan Ostern. Istilah tersebut, terutama di Spanyol dan Italia, mengalami perluasan makna dan memiliki makna tambahan "keheningan" dan digunakan untuk perayaan-perayaan lainnya, Pascua florida (Minggu Palem); Pascua de Pentecostes (Pentakosta); Pascua de la Natividad (Natal); Pascua de Epifania (Epifani) di Spanyol; Pasko (Natal); Pasko ng Pagkabuhay (Paskah Kebangkitan) di Filipina. Di beberapa wilayah di Perancis kebaktian Komuni Pertama juga disebut dengan Pâques, tidak peduli kapan dilangsungkannya.
Bahasa Indonesia menggunakan istilah Paskah. Demikian juga bahasa Melayu, bahasa Jawa, dan bahasa-bahasa Nusantara lainnya.
Bahasa-bahasa Anglo-Saxon
Dalam bahasa Inggris, istilah Easter (Paskah) menurut Bede berasal dari bahasa Saxon, yaitu kata Ēastre atau Ēostre yang masih berhubungan dengan Estre, seorang dewi bangsa Teutonik, dewi cahaya fajar dan musim semi, yang perayaannya berdekatan dengan perayaan Paskah, yang sudah tidak dikenal lagi pada zaman Bede, bahkan di "Edda"; bahasa Anglo-Saxon, termasuk Inggris: eâster, eâstron; Jerman Kuna: ôstra, ôstrara, ôstrarûn; Jerman: Ostern. April disebut easter-monadh. Bentuk plural eâstron digunakan, karena perayaannya berlangsung selama tujuh hari. Seperti bentuk plural dalam bahasa Perancis Pâques, istilah tersebut diterjemahkan dari bahasa Latin Festa Paschalia, seluruh Oktaf Paskah.
Bahasa-bahasa Slavia
Di dalam bahasa-bahasa Slavia istilah yang digunakan biasanya berarti "Hari Agung" atau "Malam Agung". Polandia dan Ceko, Wielkanoc dan Velikonoce yang berarti "Malam(-malam) Agung"; Ukrainia, Великдень (Velykden); Bulgaria, Великден (Velikden); Belarusia, Вялікдзень (Vyalikdzyen) yang berarti "Hari Agung".
Serbia, Bosnia, dan Kroasia menggunakan istilah Uskrs yang berarti "Kebangkitan". (Tiga istilah yang digunakan dalam aksara Sirilik dan Latin: Ускрс->Uskrs, Васкрс->Vaskrs, Вeликден->Velikden)
Rusia adalah perkecualian; ia menggunakan istilah Пасха (Paskha) yang meminjam dari bentuk Yunani melalui bahasa Gereja Slavonia Lama[29].
Paskah dalam berbagai bahasa
Dari Paskha/Pesakh
Dari Eostre
Bahasa Slavia
Lainnya